DIGITAL CAMERA INDONESIA : AHMAD ZAMRONI (Portrait Photographer)
“Perlu kreativitas dalam untuk merencanakan pemotretan dalam waktu yang terbatas”
Zamroni banyak membuat portrait editorial untuk majalah bisnis tempatnya bekerja sekarang. Seringnya, ia memotret CEO atau figur-figur penting lainnya dalam perusahaan. Tidak semua penugasan yang dilakukan dapat disiapkan dengan matang. Jadwal CEO yang padat membuatnya harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia
“Terkadang mendadak, waktu memotret pun terkadang hanya 15-30 menit. Di situ tantangannya.
Latar belakangnya sebagai jurnalis foto membuatnya dapat berpikir lebih cepat dalam menentukan visualisasi yang akan dibuat.
“Jurnalis terbiasa bekerja dalam situasi yang tidak ideal. Dalam waktu yang terbatas tersebut, sambil melihat-lihat kantor mereka, saya menentukan sudut mana yang bagus untuk dijadikan lokasi pemotretan. Perlu kreativitas untuk merencanakan pemotretan dalam waktu yang terbatas,” jelasnya.
Dalam pengerjaannya, Roni tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis foto.
“Lima puluh persennya adalah soft skill. Membuat pendekatan agar membuatnya nyaman. Membangun interaksi dan membaca mood. Orang yang banyak saya temui adalah CEO, yang cenderung tidak mau diperintah. Kita mesti pintar-pintar melakukan pendekatan. Dan tidak ada ramus yang pasti, semua orang itu beda-beda.”
Hal terpenting yang juga ditekankan Roni dalam membuat portrait adalah peruntukannya.
“Portrait ini akan dipakai untuk apa dan mengisahkan apa, ini akan menentukan pendekatan foto dan teknis foto. Yang kita foto itu bukan benda mati. Kita memotret mereka sebaga manusia. Tentukan kisah dan karakter seperti apa yang ingin ditampilkan,” jelas Roni. “Tidak semua orang harus tersenyum, jika memang karakternya ‘murung’, pemikir, tampilkan seperti itu. Mereka punya perasaan.”
Meski terkadang dilakukan dalam situasi yang tidak ideal, sejatinya editorial juga membutuhkan foto portrait yang sesuai dengan cerita atau talisan yang menyertai foto. “Tidak jarang fotografer harus mengkonsep pemotretannya terlebih dahulu untuk mendapatkan cerita yang sejalan dengan informasi yang disampaikan.”
Membuat foto menarik untuk portrait memang penuh tantangan. Apalagi jika ingin membuat foto dengan kesan berbeda. “Subjeknya boleh sama, tapi orang bisa mengetahui bahwa itu adalah foto kita karena menampilkannya dengan berbeda.”
“Uniknya portrait itu meski terkadang standar, dapat memberikan cerita, memberikan memori. Apalagi untuk portrait editorial, yang sejak awal mereka memang sosok menarik dan layak ditampilkan.”
FROM : DIGITAL CAMERA INDONESIA EDISI 93/IX/MEI 2017- VOLUME 93